Kamis, 16 Januari 2014

30 Day Book Challenge #Day 16 : Favorite Love Story

Ada sebuah kisah cinta yang paling kena di hati saya dari sekian banyak buku atau novel  yang pernah  sayabaca. Kisah cinta klasik berupa roman religi dalam buku yang satu ini…
Judul Buku : Di Bawah Lindungan Ka’bah
Penulis : Haji Abdul  Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Penerbit : PT. Bulan Bintang – Jakarta, 1988
Cetakan ke-18, 64 halaman.
Kisah kasih tak sampai yang memilukan hati antara Hamid dan Zaenab dengan latar Tanah Minang dan Mekkah di era tahun 1920-an. Buku ini merupakan karya paling fenomenal buah tangan seorang HAMKA, salah satu pujangga Angkatan Balai Pustaka.
Berkisah tentang Hamid anak seorang janda miskin yang pendidikannya dibiayai oleh tetangganya yang kaya raya dan dermawan, Haji Ja’far. Sedari kecil Hamid bersahabat dengan Zaenab, putri semata wayang Haji Ja’far. Dengan berjalannya waktu tumbuh benih-benih saling cinta yang begitu hebatnya di antara Hamid dan Zaenab.  Namun rasa saling mencinta ini terkendala kesenjangan status sosial dan adat istiadat yang berlaku.
Akhirnya Hamid berkelana dan menuntut ilmu agama hingga ke Mekkah melepas rasa cintanya yang mendalam, tanpa kabar. Dan Zaenab dengan setia menanti cinta Hamid di kampung halaman. Hingga keduanya menjemput ajal dalam usia muda, cinta mereka tak kunjung kesampaian.
Klise ???!!!
Namun karena novella ini merupakan karya sastra lama dan sarat dengan kosakata Indonesia klasik,  ramai dengan kalimat-kalimat bersayap bergaya bahasa asosiasi, hiperbolis dan personifikasi, jadilah kisah ini sebuah karya abadi  tak lekang oleh zaman. Inilah cikal bakal karya sastra religi yang kemudian booming kembali di era 2000-an.
Novel yang tipis-tipis saja. Sebenarnya pun konflik yang terjadi antara Hamid dan Zaenab tidak terlalu luar biasa. Tidak pula dilengkapi dengan hadirnya karakter antagonis yang umumnya menjadi daya tarik dalam sebuah cerita. Namun cara HAMKA dalam mengisahkan rasa cinta yang mendalam namun tak terungkap dalam hati Hamid dan Zaenab, begitu berhasil mengaduk-aduk perasaan.
Pada Bab 5 “Seperuntungan” dikisahkan bagaimana saat-saat menjelang ajal Ibunda Hamid berwasiat kepada putranya untuk memadamkan api cintanya kepada Zaenab. Karena Ibunya yakin sekali, walaupun Zaenab membalas cinta Hamid namun tentu akan terkendala oleh mupakat kaum kerabat. Ibunda Hamid tak mau putranya itu akan putus asa, malu hingga melarat jiwa karena cinta yang tak bisa disatukan.
…”Hapuskanlah perasaan itu dari hatimu, jangan ditimbul-timbulkan juga. Engkau tentu memikirkan juga, bahwa emas tak setara dengan loyang, sutera tak sebangsa dengan benang.”
Lalu pada Bab 6 “Tegak dan Runtuh”,  Hamid diminta tolong oleh Ibunya Zaenab  untuk melunakkan hati dan membujuk Zaenab agar mau menikah dengan anak seorang kerabat dekat. Tak terperi hati membayangkan bagaimana perasaan hati Hamid dan Zaenab manakala pembicaraan itu terjadi.
…”Sekarang, karena memikirkan kemuslihatan rumah tangga dan memikirkan hati ibumu, pada hal hanya dia sendiri lagi yang dapat engkau khidmati, ia berkehendak supaya engkau mau dipersuamikan . . . dipersuamikan dengan . . . kemenakan ayahmu.”…
Membayangkan apabila adegan-adegan dalam novel tersebut diekranisasi menjadi adegan sinematik,  saya yakin bisa menghasilkan film berkualitas tinggi. Namun sebaliknya akan hancur lebur tak berhasil jika yang berperan sebagai Hamid dan Zaenab adalah aktor-aktris  kacangan tanpa bakat cemerlang. Atau didirect oleh  sutradara tanpa idealisme mendalam. Maka segala rasa dan pikiran yang ingin dicurahkan oleh seorang HAMKA melalui karya sastranya pasti akan hancur berantakan tak tersampaikan.
Categories: Buku | Tags:  | 13 Komentar

Navigasi tulisan

  1. potrehkoneng
    Filmnya kayak sinetron ini mas :(
  2. pada masa itu tema “kasih tak sampai” sepertinya mendominasi roman Indonesia. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menurut ente bagaimana, bro?
  3. sepertinya harus begitu. sastra klasik mesti menghiasi rak buku kita.
    aku baca tenggelamnya kapal van der wijck waktu masih sma bro :)
    • Aku di SMP justru yang diwajibkan baca roman Balai Pustaka. Siti Nurbaya, Azab dan Sengsara, Salah Asuhan dll. Kalo di SMA udah lebih banyak disuruh nulis daripada baca.
      • tidak diwajibkan pun pasti akan terbaca karena koleksi perpustakaan terbatas. jadi apapun buku yang ada di situ lama2 pasti terbaca karena tidak ada pilihan :D
  4. Bi, suka baca ebook ndak?
    Kalo suka, aku ada satu link isinya kumpulan ebook sastra Indonesia lama :)
    • Udah mulai aktif WPnya Bu Dan…
      Sebenarnya sastra lama buat ngimbangi bacaan yg sekarang aja sih. Supaya vocab kosakata klasiknya ga perlahan menghilang.
      Boleh Dan kalo ada linknya….thanks!

Rabu, 15 Januari 2014

30 Day Book Challenge #Day 15 : Favorite Quote

Melanjutkan kembali project Tantangan Buku 30 Hari. Sudah separuh perjalanan.
Untuk hari ke 15 temanya adalah “Favorite Quote from  a Book”.
Kutipan favorit saya terdapat dalam buku  yang berikut ini :
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang, Yogyakarta 2006
292 halaman.
Dalam salah satu bab di buku tersebut, tepatnya pada Mozaik ke 12 yang bertajuk “Sungai Lenggang”…merupakan salah satu bab favorit saya. Karena membaca beberapa kutipan dalam bab ini selalu mampu menghangatkan hati saya, membuat mata menjadi berkaca-kaca sekaligus mengobarkan semangat menjadi menyala-nyala.
Diceritakan Ikal sudah berumur 18 tahun dan akan segera menamatkan sekolah SMA di Belitong. Ikal didera rasa pesimis yang luar biasa karena merasa tak akan punya peluang untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rasa pesimis itu bagai racun mendepaknya dari jajaran garda depan siswa berprestasi. Nilai rapornya turun drastis.
Pak Mustar, salah seorang guru SMA lantas memanggilnya dan mencoba menggugah kembali semangat Ikal. Kata-kata Pak Mustar kepada Ikal begitu tajam tertoreh ke dalam benak Abi.
Mengapa kau berhenti bercita-cita, Bujang? Pahamkah Engkau, berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia?”
Dalam bab ini diceritakan pula bagaimana geramnya Arai kepada Ikal karena telah mempersembahkan hasil rapor yang buruk kepada ayahnya.
“Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu !! Tanpa mimpi orang seperti kita akan mati…
Kalimat Arai ini benar-benar berhasil menghunjam ke ulu hati.
Lalu…pada potongan terakhir bab ini, dimana Ikal menyadari betapa ia telah mengecewakan ayahnya namun ayahnya tak sedikitpun menunjukkan rasa kecewa itu padanya. Sang ayah tetap memberikan sebuah senyum lembut penuh kebanggaan. Ikal mengejar ayahnya dan ia membonceng ayahnya naik sepeda.  Tangan kuli ayahnya yang tua dan kasar memeluk pinggang Ikal dari belakang.
Ikal membatin…Ayahku yang pendiam : Ayah juara satu seluruh dunia.
Olala…saya ingin jadi “ayah juara satu seluruh dunia”…bagi Naz dan Baran dan Athaya !!!
Categories: Buku | Tags:  | 7 Komentar

Navigasi tulisan

  1. potrehkoneng
    ameen….
  2. Salah satu buku yang suatu kala nanti ingin saya baca ulang :)

Selasa, 14 Januari 2014

30 Day Book Challenge #Day 14 : Frederick Algernon Trotteville – Karakter Favorit

Jaman saya SD dulu paling gemar baca buku petualangan dan misteri kanak kanak semacam Lima Sekawan, Sapta Siaga, Trio Detektif atawa Pasukan Mau Tahu. Nah…salah satu karakter dari buku-buku tersebut yang paling saya suka adalah…
Fatty dari serial Pasukan Mau Tahu
…karangan Bu Enid Blyton. Kalau versi originnya di Inggris, Pasukan Mau Tahu ini bernama Five Find-Outers and Dogyang beranggotakan sekelompok remaja tanggung dan seekor anjing yang tinggal di sebuah desa bernama Peterswood.
Pasukan Mau Tahu digawangi oleh Fatty, seorang remaja pria yang songong namun ampun-ampunan cerdasnya, bersama keempat temannya Larry, Daisy, Pip dan Bets beserta seekor anjing Scottish Terrier kecil berbulu hitam bernama Buster. Kelimanya beserta Buster selalu terlibat dalam kasus kasus misteri yang terjadi di sekitar desa mereka. Tentu tak semegah petualangan  Lima Sekawan (Famost Five)  ataupun sepelik misteri yang dihadapi Trio Detektif. Biasanya kasus-kasusnya cenderung sederhana seperti  Pencurian Kalung Mutiara, atau kericuhan di sebuah teater kecil, atau malah sekedar kasus hilangnya seekor kucing Siam. Justru karena kesederhanaan kasus misteri inilah dulu saya malah bisa semakin masuk ke dalam cerita dan membayangkan kasus tersebut kejadian di sekitar tempat tinggal saya. Makanya serial Pasukan Mau Tahu ini menjadi salah satu yang difavoritkan oleh saya ketika kecil dulu.
Buku serial Pasukan Mau Tahu yang pertama kali terbit di Indonesia judulnya Misteri Pondok Terbakar. Buku ini masih tersimpan rapi di rak buku saya sampai sekarang. Mudah-mudahan anak-anak nanti berminat membacanya juga.
Tokoh sentral dalam cerita ini adalah si Fatty yang punya nama asli Frederick Algernon Trotteville. Entah kebetulan atau tidak, tiga huruf awal dari ketiga  kata namanya tersebut jika digabungkan akan terbaca sebagai FAT alias gendut  sehingga teman-temannya memberi julukan Fatty padanya. Di awal kemunculannya Fatty digambarkan sebagai sosok yang menyebalkan, egois dan angkuh. Namun lama-kelamaan kita menjadi tahu bahwa sebenarnya Fatty sangat ramah dan baik hati. Ditambah pula dengan kecerdasannya yang di atas rata-rata dalam menganalisa petunjuk-petunjuk untuk mengungkap beragam kasus misteri. Tak hanya itu, Fatty juga memiliki kemahiran dalam menyamar dan ia juga seorang ventriloquist handal. Ia bisa menyamar menjadi apa saja. Mulai dari seorang nenek tua yang bawel hingga menjadi seorang gelandangan dekil. Biasanya dalam menyamar Fatty mengenakan pakaian kumal, gigi palsu tonggos, atau wig aneka rupa. Ditunjang pula dengan kemampuan ventroliquismnya…wah, lengkap sudah kekaguman saya pada sosok seorang Frederick Algernon Trotteville.
Pernah suatu kali di komplek perumahan dekat SD saya dulu ada rumah yang kemalingan. Malingnya masuk dengan mencongkel jendela depan rumah. Dan dengan gaya seorang Fatty, saya datang ke TKP lalu mengamati setiap jengkal lokasi dengan detil untuk menemukan petunjuk yang mungkin tertinggal. Seperti potongan pakaian yang tersangkut, jejak sepatu, bekas congkelan alat tajam, atau apalah. Tak lupa membawa buku catatan dan sebatang pensil. Hahaha…walopun ga berhasil menemukan petunjuk apapun tapi sayai udah cukup puas. Ngerasa detektif banget lah pokoknya !!!
Oh ya…kelompok Pasukan Mau Tahu ini biasanya direpotkan oleh seorang polisi desa yang ceroboh dan sedikit blo’on bernama Pak Goon. Namun Fatty dkk biasanya selalu bisa mengelabui Pak Goon dan membuat Pak Goon semakin bertambah gusar kepada mereka. Untungnya mereka punya sahabat seorang Inspektur Polisi bernama Mr. Jenks. Sebaliknya, Mr. Jenks merasa senang sekali dengan keberadaan Pasukan Mau tahu karena banyak membantunya dalam memecahkan kasus-kasus kejahatan di sekitar desa Peterswood.
Categories: Buku | Tags:  | 4 Komentar

Navigasi tulisan

  1. di perpustakaan SD-ku hanya ada 1 buku Enid Blyton, Lima Sekawan Mengejar Kereta Api Hantu. dulu buku-buku Karl May lebih berkesan. ada juga sastra klasik Indonesia yang menurutku sangat bagus Pengalaman Masa Kecil karya Nur Sutan Iskandar yang bercerita tentang kenakalan bocah di Minangkabau (kalau tidak salah sekitar Maninjau).
  2. ya…dicoba saja…siapa tahu ada penerbit yang tertarik. siapa tahu pula nanti kita terkenal. jadi ga usah menghire penulis kawakan untuk membuat biografi kita.

Senin, 13 Januari 2014

30 Day Book Challenge #Day 13 : The Most Wanted Wife…

Hari ini sudah sampai di tema hari ke -13…jreng jreng jreng….”Tokoh dalam Buku yang Ingin Kau Nikahi”.
Duhai…harus ekstra hati-hati. Hihihi…
Sebagai pria flamboyan berdarah biru titisan raja-raja tanah Melayu *disambit bungkus ketupat* maka pilihan saya untuk wanita yang sangat layak untuk dipersunting sebagai seorang istri, tak lain tak bukan adalah yang termaktub dalam sebuah kisah klasik pada buku yang satu ini :
Judul : Hikayat Musang Berjanggut
Penulis dan Gambar : Taguan Harjo
Penerbit : Pustaka Utama Grafiti – Jakarta, 1991
68 Halaman.

Saya merasa sangat beruntung memiliki buku ini karena menemukannya secara tidak sengaja di tumpukan buku-buku murah pada salah satu event Book Fair di Senayan beberapa tahun lalu. Ga tahu apa masih bisa ditemukan lagi sekarang-sekarang ini.
***
Alkisah seorang putra mahkota kerajaan bernama Tun Utama mencari seorang gadis untuk dijadikan pendamping hidup belahan jiwa cahaya mata. Tentulah bukan perkara mudah. Karena seorang Tun Utama tidak ingin mempersunting seorang istri secara sembarangan. Istri yang kelak menjadi pendamping hidupnya dalam meneruskan tahta kerajaan haruslah seorang wanita sejati yang istimewa. Wanita cantik cerdik solihah pilihan yang lolos fit and proper test.
Setelah melalui perjalanan panjang, jauh nun di negri seberang Tun Utama bertemu seorang gadis cantik sederhana putri pasangan petani biasa bernama Siti Syarifah. Selain cantik, Siti Syarifah cerdas luar biasa. Pantang menyerah pula. Mengagumkan bagaimana cara Siti Syarifah harus mengolah bahan makanan berupa beras, garam, merica, ikan kering  dan bumbu-bumbu masak lainnya yang sudah tercampur aduk dalam satu bungkusan. Dengan caranya yang cerdik menggunakan peralatan dapur yang sederhana, Siti Syarifah berhasil memisahkan bahan makanan beserta bumbu-bumbu tersebut dan kemudian memasaknya menjadi santapan lezat yang berhasil memuaskan Tun Utama. Selain pandai memasak, Siti Syarifah pun piawai menyulam pakaian. Tutur katanya sopan dan santun. Pengetahuan bahasanya  melampaui para putri bangsawan. Jelas-jelas Siti Syarifah adalah wanita satu di antara seribu.
Tun Utama tak salah mempersunting Siti Syarifah sebagai istri. Dengan muslihatnya yang luar biasa, istri cerdik ini berhasil memperdaya raja dan para petinggi kerajaan yang terkena penyakit hidung belang akibat tak tahan dengan paras Siti Syarifah yang jelita. Permainan Musang Berjanggut yang ditawarkan raja dapat diolahnya secara elegan menjadi pukulan telak bagi para lelaki hidung belang.  Hebatnya…pukulan telak itu tanpa harus tersosialisasi ke publik sehingga raja dan para petingginya dapat menyadari kekeliruannya namun martabat mereka tetap terjaga baik di mata masyarakat.
***
Taguan Harjo adalah seorang komikus handal kelahiran Suriname namun lama berkiprah di harian Waspada Medan. Hikayat Musang Berjanggut adalah karyanya yang paling fenomenal karena sempat sangat booming ketika dimuat sebagai cergam bersambung di harian Waspada  era 50 – 60an. Kisah ini diterbitkan kembali menjadi sebuah buku cerita bergambar oleh Penerbit Grafiti Jakarta.
Sebenarnya kisah ini bukanlah karya original karangan Taguan Harjo. Namun diangkat dari naskah melayu kuno yang tak begitu jelas siapa penulisnya. Yang jelas kisah ini sempat sangat terkenal di kalangan orang-orang Melayu baik di Indonesia maupun Malaysia. Di Malaysia sendiri kisah ini pernah disadur ke dalam sebuah film. Tak tanggung tanggung, begawan film Malaysia P. Ramlee yang didaulat berperan sebagai Tun Utama. Di Indonesia pun telah dibesut ke layar lebar pada tahun 1983 dengan pemeran Rini S. Bono sebagai Siti Syarifah dan Roy Marten sebagai Tun Utama. Saya sempat nonton film ini dulu melalui video VHS.
Bagaimanapun…melalui goresan tangan handal seorang Taguan Harjolah kisah Melayu ini terangkat ke permukaan dan menjadi sangat terkenal. Sosok seorang Siti Syarifah pun layak dinobatkan menjadi ikon wanita Melayu yang tak hanya cantik dan pandai bersolek belaka, namun solihah dan cerdas bukan kepalang. Karakter menarik dan tentunya sangat layak untuk dipersunting menjadi seorang istri.
Dari sisi grafis, garis sketsa Taguan Harjo dalam cerita bergambar ini juga unggul dibandingkan beberapa komikus lokal yang lain. Terutama dari karakter wajah para tokoh dalam cerita. Taguan Harjo berhasil menuangkan wajah-wajah karakter asli orang Melayu ke atas kertas dengan ekspresi beragam namun tetap konsisten. Lihat saja !!!
Categories: Buku | Tags:  | 8 Komentar

Navigasi tulisan

  1. kenapa gambar pertamanya begituuuu?
  2. satra melayu boleh juga. asalkan disadur ke bahasa Indonesia moderen sepertinya bakal menarik.
    sekarang ada serial Si Bujang yang berlatar Melayu. perempuan2nya juga digambarkan sebagai orang2 yang cerdas :)