Minggu, 29 Desember 2013

The Best Movies 2013 versi Smart

Hampir pungkas sudah tahun 2013 ini.
Demi memacu semangat menulis blog kembali, berikut adalah beberapa film terbaik menurut saya yang disusun dari berbagai genre di sepanjang tahun 2013.

1. Drama

Gravity 

Karena lebih tepat jika mengkategorikan film ini sebagai film drama dibanding fiksi ilmiah maka pilhan saya untuk film drama terbaik 2013 jatuh pada film Gravity. Pengalaman terlibat secara intens dalam ketegangan terapung-apung di luar angkasa betul betul tercipta dengan menyaksikan film ini.
Alfonso Cuaron menunjukkan kecerdasannya kembali. Dia menggarap cerita yang sebenarnya sederhana di luar angkasa menjadi sebuah petualangan menonton paling mewah sepanjang tahun 2013 ini. Dahsyat !!!

2. Comedy

We're the Millers
 
Sudah lama saya tidak tertawa terbahak-bahak dengan puas menonton sebuah film comedy. Dan tahun 2013 ini We're the Millers berhasil mewujudkan keinginan itu. Tentu adalah ide cerita yang sangat keterlaluan menyatukan 4 karakter bermasalah ke dalam sebuah keluarga palsu. Hasilnya pun keterlaluan. Didukung script super kocak dan cerita yang konyol parah, We're The Millers pilihan tepat untuk bersenang-senang. Adegan digigit laba-laba itu sungguh tidak terlupakan. Hahaha !!!

3. Horror
The Conjuring


Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan cerita yang ditawarkan oleh film ini. Rumah berhantu, peristiwa masa silam dan keterlibatan cenayang adalah paduan standar dari plot cerita film horor klasik. Namun sekali lagi James Waan si sutradara berhasil menakut-nakuti saya dengan sangat ketika menonton karya horornya yang satu ini . Penampakan hantu yang tepat sasaran dan ruang-ruang sempit dan gelap di dalam rumah menggedor-gedor jantung saya dengan keras. Dasar setan !!!

4. Animation

Frozen
Tahun ini Disney kembali menghasilkan tema cerita klasik tentang putri-putrian. Diadaptasi dari sebuah dongeng klasik HC Andersen, Frozen berhasil menjadi sebuah tontonan yang asik untuk dinikmati. Dengan beberapa twist tak terduga, Frozen menyuguhkan cerita klasik yang tidak klise. Didukung pula dengan cast yang tepat, musik dan lagu menarik serta adegan dan gambar yang spektakuler. Frozen layak dijadikan sebagai film animasi terbaik tahun ini. Cool !!!

5. Science Fiction

Star Trek Into Darkness

Pada dasarnya saya bukan peminat franchise film Star Trek. Tak seperti Star Wars, bahkan saya tak begitu mengenal tokoh dan karakter dalam Star Trek kecuali si telinga caplang Mr. Spock. Tapi dua edisi terakhir Star Trek benar-benar menggugah naluri fantasi saya. Dan dalam Into Darkness ini, adalah pencapaian Star Trek yang gemilang. Kisah menghentak, gambar-gambar menakjubkan dan cast yang jawara, membuat Star Trek kali ini patut diacungi 2 jempol. Fantastis !!!

6. Action/Thriller

Captain Phillips

Tom Hanks unjuk gigi kembali sebagai Captain Phillips tahun ini. Film yang diangkat dari kejadian nyata pembajakan kapal oleh perompak Somalia ini memang aksi teror menguras emosi tahun ini. Para cast yang dipilih sebagai kwartet bajak laut Somalia berhasil tampil cemerlang dengan kulit legam dan wajah seram mereka. Naik turun suspense yang dibangun hampir di sepanjang film mampu membikin saya tak beranjak dari bangku penonton walau sekejap. Ini film tentang bajak laut paling garang yang pernah saya saksikan selama ini. Dasar rampok !!!

7. Coming of Age

The Kings of Summer
Film ini asik sekali ditonton. Mengingatkan akan masa-masa remaja yang penuh nafsu pemberontakan. Di mana segala sesuatunya tak kena di hati dan hasrat mencari-cari yang tak terbendung. Hubungan antara orang tua dan anak, persahabatan dan rasa cinta. Olala...kalau saya kelak bisa membuat sebuah film, saya pengen film seperti ini yang menjadi film pertama saya. Tidak butuh biaya besar, aktor muda berbakat yang tidak terkenal, namun dengan cerita manis dan karakter yang menarik. Keren !!!


8. Romance

Before Midnight

Pasangan Celine dan Jessie kembali berbagi kisah di tahun 2013 ini. 27 tahun perjalanan panjang kisah kasih mereka mengalun manis menebar dialog dialog filsafat yang tidak membosankan. Mencermati relasi pasang surut mereka yang gamang menghadapi krisis paruh baya adalah sebuah pengalaman manis yang diikuti perenungan. Chemistry antara Hawke dan Delpy semakin matang dibawah garapan Linklater yang semakin piawai.  Jika ada umur panjang, semoga masih ada "before" berikutnya 9 tahun ke depan. Cerdas !!!

9. Foreign Langugae

Wadjda

Sebenarnya saya  ingin memilih Le Passe besutan Asghar Farhadi, namun karena saya merasa kasihan sekali dengan tokoh anak-anak dalam film itu dan saya menjadi marah karenanya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih film Wadjda ini. Wadjda adalah sebuah terobosan buat sinema Arab Saudi. Tidak hanya karena dihasilkan oleh seorang sutradara wanita asal Arab, namun juga ceritanya yang sederhana, tidak mengkotbahi, tidak berusaha menyalahkan keadaan, namun tetap dapat dijadikan bahan perenungan. Kisah tentang keinginan seorang gadis cilik Arab yang ingin memiliki sepeda namun mendapat pertentangan dari adat dan aturan setempat. Kisah yang sederhana namun menggemaskan. Karakter Wadjda dan Abdalla dalam film ini manis dan alami sekali. Co cwiiittt !!!

10. Indonesia
Saya belum nonton Sokola Rimba. Saya belum nonton Soekarno. Saya juga belum nonton Edensor. Saya masih belum nonton Sang Kyai. Belenggu saya juga belum nonton. Dan sayangnya saya juga belum nonton Cinta dalam Kardus, 9 Summers & 10 Autumns ataupun Gending Sriwijaya. Saya ga tahu sebagus apa film film itu. Tahun 2013 ini saya hanya menonton sedikit sekali film Indonesia. Antara lain Demi Ucok, Cinta Brontosaurus, Laura & Marsha, Rectoverso dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Judul yang terakhir ini masih merupakan film Indonesia yang paling bagus yang sudah saya saksikan sejauh ini. Sungguh saya orang Indonesia yang tidak nasionalis dan patriotis. Demikian...wassalam !!!


Senin, 23 Desember 2013

99 Cahaya di Langit Eropa (2013)

Setelah hampir setahun tak menulis di sini...

Kecuali film bertema anak-anak yang niatnya karena pengen ngajak nonton keluarga, saya malas sekali nonton film Indonesia di bioskop. Lalu ada film ini yang cukup berhasil mematahkan keengganan saya merogoh kocek untuk berkunjung ke bioskop demi menonton sebuah produksi sinema buah karya anak bangsa. Hahayyyy....



99 Cahaya di Langit Eropa
(Maxima Pictures -2013)
Sutradara :Guntur Soeharjanto
Pemeran : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya,
Raline Shah, Dewi Sandra, Alex Abbad, 
Nino Fernandez, Marissa Nasution
Diangkat dari Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa 
karya : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Saya belumlah terlalu  familiar dengan nama sutradara Guntur Soeharjadi. Walau dengar-dengar filmnya sebelum ini "Tampan Tailor" dikata lumayan mendapat respon positif. Yang jelas melalui film 99 Cahaya ini kiprah Guntur bisa disebut terpuji. Saya bisa katakan tidak rugi mengajak istri saya nonton film ini malam-malam ke bioskop.

*** 

Hanum (Acha Septriasa) sedang menemani suaminya Rangga (Abimana) menyelesaikan studi S3nya di Wina, Austria. Sebagai mantan reporter di Indonesia, untuk membunuh rasa bosan keseharian Hanum diisi dengan berjalan-jalan mengamati dan memotret bangunan-bangunan di kota Wina. Berniat menambah aktivitasnya, Hanum kemudian mengambil kursus bahasa Jerman yang menyebabkan ia bertemu dengan seorang muslimah keturunan Turki bernama Fatma Pasha (Raline Shah) dan putrinya Aysee. 


Fatma  diceritakan masih memiliki darah Kara Mustafa Pasha, seorang pimpinan militer Turki di masanya yang mencoba berekspansi ke Wina dengan membawa nilai-nilai Islam. Namun ekspansi tersebut dapat dipukul mundur oleh Austria bersama sekutunya Polandia. Foto Jendral Kara Mustafa masih terpajang di Museum Wina namun dengan label "Seorang Penjahat". Dengan latar sejarah itulah menyebabkan keturunan muslim Turki hingga saat ini mendapat perlakuan kurang toleran dari masyarakat awam Austria. Contohnya adalah apa yang dialami Aysee, sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari teman-temannya di sekolah karena kesehariannya yang mengenakan jilbab.

Melalui Fatma, Hanum mengenali jejak-jejak peninggalan muslim di Austria. Lebih jauh, Fatma dan beberapa teman Turkinya mengajak Hanum untuk aktif menjadi agen pembawa cahaya Islam di tengah-tengah mayoritas non-muslim Eropa. Tak hanya itu, Fatma pun mengenalkan Hanum pada seorang muallaf Prancis bernama Marion (Dewi Sandra). Di Prancis, dari Marion, Hanum kembali membaca peninggalan-peninggalan Islam di Eropa. Di salah satu museum di Prancis, Hanum dikenalkan pada kaligrafi Arab di kerudung lukisan Bunda Maria yang berlafadz Syahadat, hingga garis bayangan lurus yang menghubungkan menara Eiffel dan beberapa situs di Paris dengan Ka'bah di Mekkah. Dikatakan bahwa konstruksi garis lurus itu merupakan ide dari Napoleon Bonaparte yang kabarnya adalah seorang muallaf pula.

Sebagai dinamika, dikisahkan bagaimana kehidupan Rangga di kampus dengan berbagai problematika sebagai mahasiswa muslim di Eropa. Tentang bagaimana Rangga suatu kali dihadapkan pada pilihan yang sulit harus sholat Jum'at atau ikut ujian, kesulitan memperoleh tempat sholat yang layak dikampus serta relasinya dengan teman-teman kampusnya seperti Khan (Alex Abbad), seorang muslim berpandangan keras, lalu dengan Stefan (Nino Fernandez) seorang atheis yang penasaran dengan Islam, juga ada pula seorang mahasiswi cantik agak menggoda bernama Maarja (Marissa Nasution).

***
Secara keseluruhan film ini tidak membosankan. Mengalir lancar dengan beberapa kali suguhan bumbu komedi yang tepat guna. Pemilihan casting juga layak dibilang tepat. Semua pemeran dapat menampilkan akting yang baik walau peran mereka memang tidak memberi kesempatan untuk dapat memberikan pengembangan karakter yang sangat istimewa.  Sedikit disayangkan, kemunculan Fathin Sidqia Lubis di penghujung film terkesan dipaksakan walau tidak sampai parah mengganggu. 

Lanskap Eropa dapat ditangkap dengan manis oleh pembuat filmnya. Bahasa gambar tour de Europe melalui bangunan, arsitektur, museum, sungai, panorama dll mampu mengiring penonton menjelajahi jejak-jejak Islam di Eropa yang ingin disampaikan. Sudut pengambilan gambarnya berhasil bicara tanpa kata dan memberi kesan cantik. Saya pikir ini merupakan pencapaian terbaik dari film ini.



Story telling tentang tour sejarah Islam di Eropa juga tersampaikan dengan lugas tanpa harus terjebak pada narasi dokumenter. Saya belum baca novel dan fakta sejarahnya sehingga belum berani bilang bahwa jejak-jejak Islam di Eropa yang disampaikan melalui film ini merupakan fakta otentik atau bukan. Tapi sangat lah menarik menebak-nebak lalu mengetahui informasi-informasi tersebut melalui film ini. Saya jadi ingin mencari tahu lebih jauh lagi. 

Musik latarnya lumayan seru, walau belum terlalu dahsyat menggetarkan hati. Selipan iklan di film mungkin susah dihindari buat film jaman sekarang. Syukurnya di 99, spot iklannya digarap dengan halus dan masuk akal. Satu lagi...kumandang adzan  dari atas menara Eiffel itu bagus sekali. Suara siapa yang dipakai ? Walau adegan ini sebenarnya agak-agak provokatif (baca : dakwah), tapi idenya original dan toh tak ada yang salah jika ada orang beradzan di atas menara Eiffel, kan? Apalagi ini emang tergolong genre film religi.

Walau demikian, ada beberapa hal yang agak sedikit mengganggu. Pertama mungkin peralihan dari bahasa bersubtitle yang sekonyong-konyong menjadi bahasa Indonesia awam. Tapi termaafkanlah karena pasti susah sekali memaksa orang Indonesia harus berbahasa asing yang bukan enggresss sepanjang film. Lalu...beberapa scene juga menjadi kanibal bagi arah cerita yang akan disampaikan. Fatma diceritakan kesulitan memperoleh pekerjaan karena ia mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Tapi di satu sisi bahasa Jermannya emang cekak. Kenapa ia tidak sedari dulu mendalami bahasa Jerman agar mudah diterima oleh masyarakat setempat ?  apalagi dengan idealismenya sebagai agen Islam. Jadi agak agak ga relevan apa sebenarnya kendalanya, jilbabkah? atau kemampuan bernahasa Jerman ? Juga yang menurut saya agak kurang pas konfliknya, sejak awal penonton dibuat jatuh hati pada karakter Aysee, si gadis kecil putri semata wayangnya Fatma. Keteguhannya dalam mengenakan jilbab di sekolah meski ia diledek teman-temannya tentu membuat kita jatuh hati pada gadis kecil tersebut. Tapi justru ketika kemudian kita tahu apa yang menyebabkan ia teguh berjilbab yang harusnya membuat kita semakin jatuh hati, di sisi lain malah meruntuhkan asumsi kita semula.

***
Bagaimanapun, saya berani bilang bahwa ini film bagus. It's a recommended movie.


Layak ditonton karena digarap dengan apik meski sedikit ada kekosongan detil dari segi cerita. Saya jadi tertarik membaca sejarah Islam di Eropa dan tertarik juga membaca novelnya. 


Satu quote yang bagus dari film ini dan berhasil menggetarkan diucapkan dari seorang gadis kecil...

Aysee : "Hey masalah besar...aku punya Tuhan yang lebih besar."