Minggu, 29 Desember 2013

The Best Movies 2013 versi Smart

Hampir pungkas sudah tahun 2013 ini.
Demi memacu semangat menulis blog kembali, berikut adalah beberapa film terbaik menurut saya yang disusun dari berbagai genre di sepanjang tahun 2013.

1. Drama

Gravity 

Karena lebih tepat jika mengkategorikan film ini sebagai film drama dibanding fiksi ilmiah maka pilhan saya untuk film drama terbaik 2013 jatuh pada film Gravity. Pengalaman terlibat secara intens dalam ketegangan terapung-apung di luar angkasa betul betul tercipta dengan menyaksikan film ini.
Alfonso Cuaron menunjukkan kecerdasannya kembali. Dia menggarap cerita yang sebenarnya sederhana di luar angkasa menjadi sebuah petualangan menonton paling mewah sepanjang tahun 2013 ini. Dahsyat !!!

2. Comedy

We're the Millers
 
Sudah lama saya tidak tertawa terbahak-bahak dengan puas menonton sebuah film comedy. Dan tahun 2013 ini We're the Millers berhasil mewujudkan keinginan itu. Tentu adalah ide cerita yang sangat keterlaluan menyatukan 4 karakter bermasalah ke dalam sebuah keluarga palsu. Hasilnya pun keterlaluan. Didukung script super kocak dan cerita yang konyol parah, We're The Millers pilihan tepat untuk bersenang-senang. Adegan digigit laba-laba itu sungguh tidak terlupakan. Hahaha !!!

3. Horror
The Conjuring


Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan cerita yang ditawarkan oleh film ini. Rumah berhantu, peristiwa masa silam dan keterlibatan cenayang adalah paduan standar dari plot cerita film horor klasik. Namun sekali lagi James Waan si sutradara berhasil menakut-nakuti saya dengan sangat ketika menonton karya horornya yang satu ini . Penampakan hantu yang tepat sasaran dan ruang-ruang sempit dan gelap di dalam rumah menggedor-gedor jantung saya dengan keras. Dasar setan !!!

4. Animation

Frozen
Tahun ini Disney kembali menghasilkan tema cerita klasik tentang putri-putrian. Diadaptasi dari sebuah dongeng klasik HC Andersen, Frozen berhasil menjadi sebuah tontonan yang asik untuk dinikmati. Dengan beberapa twist tak terduga, Frozen menyuguhkan cerita klasik yang tidak klise. Didukung pula dengan cast yang tepat, musik dan lagu menarik serta adegan dan gambar yang spektakuler. Frozen layak dijadikan sebagai film animasi terbaik tahun ini. Cool !!!

5. Science Fiction

Star Trek Into Darkness

Pada dasarnya saya bukan peminat franchise film Star Trek. Tak seperti Star Wars, bahkan saya tak begitu mengenal tokoh dan karakter dalam Star Trek kecuali si telinga caplang Mr. Spock. Tapi dua edisi terakhir Star Trek benar-benar menggugah naluri fantasi saya. Dan dalam Into Darkness ini, adalah pencapaian Star Trek yang gemilang. Kisah menghentak, gambar-gambar menakjubkan dan cast yang jawara, membuat Star Trek kali ini patut diacungi 2 jempol. Fantastis !!!

6. Action/Thriller

Captain Phillips

Tom Hanks unjuk gigi kembali sebagai Captain Phillips tahun ini. Film yang diangkat dari kejadian nyata pembajakan kapal oleh perompak Somalia ini memang aksi teror menguras emosi tahun ini. Para cast yang dipilih sebagai kwartet bajak laut Somalia berhasil tampil cemerlang dengan kulit legam dan wajah seram mereka. Naik turun suspense yang dibangun hampir di sepanjang film mampu membikin saya tak beranjak dari bangku penonton walau sekejap. Ini film tentang bajak laut paling garang yang pernah saya saksikan selama ini. Dasar rampok !!!

7. Coming of Age

The Kings of Summer
Film ini asik sekali ditonton. Mengingatkan akan masa-masa remaja yang penuh nafsu pemberontakan. Di mana segala sesuatunya tak kena di hati dan hasrat mencari-cari yang tak terbendung. Hubungan antara orang tua dan anak, persahabatan dan rasa cinta. Olala...kalau saya kelak bisa membuat sebuah film, saya pengen film seperti ini yang menjadi film pertama saya. Tidak butuh biaya besar, aktor muda berbakat yang tidak terkenal, namun dengan cerita manis dan karakter yang menarik. Keren !!!


8. Romance

Before Midnight

Pasangan Celine dan Jessie kembali berbagi kisah di tahun 2013 ini. 27 tahun perjalanan panjang kisah kasih mereka mengalun manis menebar dialog dialog filsafat yang tidak membosankan. Mencermati relasi pasang surut mereka yang gamang menghadapi krisis paruh baya adalah sebuah pengalaman manis yang diikuti perenungan. Chemistry antara Hawke dan Delpy semakin matang dibawah garapan Linklater yang semakin piawai.  Jika ada umur panjang, semoga masih ada "before" berikutnya 9 tahun ke depan. Cerdas !!!

9. Foreign Langugae

Wadjda

Sebenarnya saya  ingin memilih Le Passe besutan Asghar Farhadi, namun karena saya merasa kasihan sekali dengan tokoh anak-anak dalam film itu dan saya menjadi marah karenanya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih film Wadjda ini. Wadjda adalah sebuah terobosan buat sinema Arab Saudi. Tidak hanya karena dihasilkan oleh seorang sutradara wanita asal Arab, namun juga ceritanya yang sederhana, tidak mengkotbahi, tidak berusaha menyalahkan keadaan, namun tetap dapat dijadikan bahan perenungan. Kisah tentang keinginan seorang gadis cilik Arab yang ingin memiliki sepeda namun mendapat pertentangan dari adat dan aturan setempat. Kisah yang sederhana namun menggemaskan. Karakter Wadjda dan Abdalla dalam film ini manis dan alami sekali. Co cwiiittt !!!

10. Indonesia
Saya belum nonton Sokola Rimba. Saya belum nonton Soekarno. Saya juga belum nonton Edensor. Saya masih belum nonton Sang Kyai. Belenggu saya juga belum nonton. Dan sayangnya saya juga belum nonton Cinta dalam Kardus, 9 Summers & 10 Autumns ataupun Gending Sriwijaya. Saya ga tahu sebagus apa film film itu. Tahun 2013 ini saya hanya menonton sedikit sekali film Indonesia. Antara lain Demi Ucok, Cinta Brontosaurus, Laura & Marsha, Rectoverso dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Judul yang terakhir ini masih merupakan film Indonesia yang paling bagus yang sudah saya saksikan sejauh ini. Sungguh saya orang Indonesia yang tidak nasionalis dan patriotis. Demikian...wassalam !!!


Senin, 23 Desember 2013

99 Cahaya di Langit Eropa (2013)

Setelah hampir setahun tak menulis di sini...

Kecuali film bertema anak-anak yang niatnya karena pengen ngajak nonton keluarga, saya malas sekali nonton film Indonesia di bioskop. Lalu ada film ini yang cukup berhasil mematahkan keengganan saya merogoh kocek untuk berkunjung ke bioskop demi menonton sebuah produksi sinema buah karya anak bangsa. Hahayyyy....



99 Cahaya di Langit Eropa
(Maxima Pictures -2013)
Sutradara :Guntur Soeharjanto
Pemeran : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya,
Raline Shah, Dewi Sandra, Alex Abbad, 
Nino Fernandez, Marissa Nasution
Diangkat dari Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa 
karya : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Saya belumlah terlalu  familiar dengan nama sutradara Guntur Soeharjadi. Walau dengar-dengar filmnya sebelum ini "Tampan Tailor" dikata lumayan mendapat respon positif. Yang jelas melalui film 99 Cahaya ini kiprah Guntur bisa disebut terpuji. Saya bisa katakan tidak rugi mengajak istri saya nonton film ini malam-malam ke bioskop.

*** 

Hanum (Acha Septriasa) sedang menemani suaminya Rangga (Abimana) menyelesaikan studi S3nya di Wina, Austria. Sebagai mantan reporter di Indonesia, untuk membunuh rasa bosan keseharian Hanum diisi dengan berjalan-jalan mengamati dan memotret bangunan-bangunan di kota Wina. Berniat menambah aktivitasnya, Hanum kemudian mengambil kursus bahasa Jerman yang menyebabkan ia bertemu dengan seorang muslimah keturunan Turki bernama Fatma Pasha (Raline Shah) dan putrinya Aysee. 


Fatma  diceritakan masih memiliki darah Kara Mustafa Pasha, seorang pimpinan militer Turki di masanya yang mencoba berekspansi ke Wina dengan membawa nilai-nilai Islam. Namun ekspansi tersebut dapat dipukul mundur oleh Austria bersama sekutunya Polandia. Foto Jendral Kara Mustafa masih terpajang di Museum Wina namun dengan label "Seorang Penjahat". Dengan latar sejarah itulah menyebabkan keturunan muslim Turki hingga saat ini mendapat perlakuan kurang toleran dari masyarakat awam Austria. Contohnya adalah apa yang dialami Aysee, sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari teman-temannya di sekolah karena kesehariannya yang mengenakan jilbab.

Melalui Fatma, Hanum mengenali jejak-jejak peninggalan muslim di Austria. Lebih jauh, Fatma dan beberapa teman Turkinya mengajak Hanum untuk aktif menjadi agen pembawa cahaya Islam di tengah-tengah mayoritas non-muslim Eropa. Tak hanya itu, Fatma pun mengenalkan Hanum pada seorang muallaf Prancis bernama Marion (Dewi Sandra). Di Prancis, dari Marion, Hanum kembali membaca peninggalan-peninggalan Islam di Eropa. Di salah satu museum di Prancis, Hanum dikenalkan pada kaligrafi Arab di kerudung lukisan Bunda Maria yang berlafadz Syahadat, hingga garis bayangan lurus yang menghubungkan menara Eiffel dan beberapa situs di Paris dengan Ka'bah di Mekkah. Dikatakan bahwa konstruksi garis lurus itu merupakan ide dari Napoleon Bonaparte yang kabarnya adalah seorang muallaf pula.

Sebagai dinamika, dikisahkan bagaimana kehidupan Rangga di kampus dengan berbagai problematika sebagai mahasiswa muslim di Eropa. Tentang bagaimana Rangga suatu kali dihadapkan pada pilihan yang sulit harus sholat Jum'at atau ikut ujian, kesulitan memperoleh tempat sholat yang layak dikampus serta relasinya dengan teman-teman kampusnya seperti Khan (Alex Abbad), seorang muslim berpandangan keras, lalu dengan Stefan (Nino Fernandez) seorang atheis yang penasaran dengan Islam, juga ada pula seorang mahasiswi cantik agak menggoda bernama Maarja (Marissa Nasution).

***
Secara keseluruhan film ini tidak membosankan. Mengalir lancar dengan beberapa kali suguhan bumbu komedi yang tepat guna. Pemilihan casting juga layak dibilang tepat. Semua pemeran dapat menampilkan akting yang baik walau peran mereka memang tidak memberi kesempatan untuk dapat memberikan pengembangan karakter yang sangat istimewa.  Sedikit disayangkan, kemunculan Fathin Sidqia Lubis di penghujung film terkesan dipaksakan walau tidak sampai parah mengganggu. 

Lanskap Eropa dapat ditangkap dengan manis oleh pembuat filmnya. Bahasa gambar tour de Europe melalui bangunan, arsitektur, museum, sungai, panorama dll mampu mengiring penonton menjelajahi jejak-jejak Islam di Eropa yang ingin disampaikan. Sudut pengambilan gambarnya berhasil bicara tanpa kata dan memberi kesan cantik. Saya pikir ini merupakan pencapaian terbaik dari film ini.



Story telling tentang tour sejarah Islam di Eropa juga tersampaikan dengan lugas tanpa harus terjebak pada narasi dokumenter. Saya belum baca novel dan fakta sejarahnya sehingga belum berani bilang bahwa jejak-jejak Islam di Eropa yang disampaikan melalui film ini merupakan fakta otentik atau bukan. Tapi sangat lah menarik menebak-nebak lalu mengetahui informasi-informasi tersebut melalui film ini. Saya jadi ingin mencari tahu lebih jauh lagi. 

Musik latarnya lumayan seru, walau belum terlalu dahsyat menggetarkan hati. Selipan iklan di film mungkin susah dihindari buat film jaman sekarang. Syukurnya di 99, spot iklannya digarap dengan halus dan masuk akal. Satu lagi...kumandang adzan  dari atas menara Eiffel itu bagus sekali. Suara siapa yang dipakai ? Walau adegan ini sebenarnya agak-agak provokatif (baca : dakwah), tapi idenya original dan toh tak ada yang salah jika ada orang beradzan di atas menara Eiffel, kan? Apalagi ini emang tergolong genre film religi.

Walau demikian, ada beberapa hal yang agak sedikit mengganggu. Pertama mungkin peralihan dari bahasa bersubtitle yang sekonyong-konyong menjadi bahasa Indonesia awam. Tapi termaafkanlah karena pasti susah sekali memaksa orang Indonesia harus berbahasa asing yang bukan enggresss sepanjang film. Lalu...beberapa scene juga menjadi kanibal bagi arah cerita yang akan disampaikan. Fatma diceritakan kesulitan memperoleh pekerjaan karena ia mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Tapi di satu sisi bahasa Jermannya emang cekak. Kenapa ia tidak sedari dulu mendalami bahasa Jerman agar mudah diterima oleh masyarakat setempat ?  apalagi dengan idealismenya sebagai agen Islam. Jadi agak agak ga relevan apa sebenarnya kendalanya, jilbabkah? atau kemampuan bernahasa Jerman ? Juga yang menurut saya agak kurang pas konfliknya, sejak awal penonton dibuat jatuh hati pada karakter Aysee, si gadis kecil putri semata wayangnya Fatma. Keteguhannya dalam mengenakan jilbab di sekolah meski ia diledek teman-temannya tentu membuat kita jatuh hati pada gadis kecil tersebut. Tapi justru ketika kemudian kita tahu apa yang menyebabkan ia teguh berjilbab yang harusnya membuat kita semakin jatuh hati, di sisi lain malah meruntuhkan asumsi kita semula.

***
Bagaimanapun, saya berani bilang bahwa ini film bagus. It's a recommended movie.


Layak ditonton karena digarap dengan apik meski sedikit ada kekosongan detil dari segi cerita. Saya jadi tertarik membaca sejarah Islam di Eropa dan tertarik juga membaca novelnya. 


Satu quote yang bagus dari film ini dan berhasil menggetarkan diucapkan dari seorang gadis kecil...

Aysee : "Hey masalah besar...aku punya Tuhan yang lebih besar."

Minggu, 27 Januari 2013

Argo (2012)

Gak nyangka Ben Affleck bisa membesut film hingga sekeren ini. Pantas saja jika sejauh ini lusinan award telah  berhasil ngana rebut melalui fim Argo ini.

Argo
(GK Film - Warner Bros, US 2012)
Director : Ben Affleck
Cast : Ben Affleck, Bryan Cranston, Alan Arkin, John Goodman
Based on true story

Saya bukan pemerhati karya-karya dari seorang Ben Affleck sebelum ini. Rasa-rasanya cuma Good Will Hunting saja filmnya yang selama ini menurut saya bagus. Tapi ternyata...Ben Affleck memang memiliki talenta luar biasa dalam urusan memproduksi dan menyutradarai film.

***

Di latar belakangi kisah nyata kejatuhan Shah Iran - Reza Pahlavi yang digulingkan oleh rezim Ayatollah Khomeini ketika Revolusi Iran terjadi tahun 1979. Pasca kejatuhannya, Shah Iran mendapat suaka dari pemerintah AS. Rakyat Iran pro-Khomeini melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut Reza Pahlavi dikembalikan ke Iran agar dapat diadili dan dihukum.  Gerakan massa menyerbu kedutaan AS di Tehran dan menyandera seluruh warga AS yang berada di seantero Iran pada saat itu. Beruntung ada enam orang warga AS yang berhasil diselamatkan dan disembunyikan oleh Duta Besar Kanada di Tehran.

Kabar rahasia bersembunyinya keenam warga AS di kedutaan Kanada itu kontan membuat pemerintah AS berpikir keras untuk mencari cara mengembalikan warganya tersebut kembali ke negaranya. Tony Mendez (Affleck), seorang ahli strategi CIA  dilibatkan dalam hal ini. Mendez mengemukakan ide untuk membentuk tim produksi film yang sedang berkunjung ke Iran untuk mencari lokasi pembuatan film di sana. Mendez akan mengunakan paspor  Kanada agar dapat menembus kedutaan Kanada di Tehran dan menjemput keenam warga AS yang disembunyikan di sana.

Ide tim produksi film palsu tersebut semula diragukan, namun akhirnya diterima karena tak ada pilihan lain yang lebih masuk akal. Rencana itu disebut sebagai The Best Bad Plan.

Menimbang bahwa lokasi di Iran yang berpadang pasir maka film palsu yang akan diproduksi adalah jenis film fiksi fantasi sejenis Star Wars. Dengan didukung penuh oleh Jack O'Donnell, atasannya di CIA (Cranston), Mendez melibatkan Lester Siegel sorang produser film (Arkin) dan John Chambers, seorang make-up artis profesional (Goodman) untuk menyusun strategi produksi film demi suksesnya misi penjemputan rahasia tersebut.

Persiapan produksi film palsu itu dibuat seolah-olah benar adanya. Mulai dari pencarian dana, lokasi kantor, cerita, skenario, tim produksi,  para pemeran, konferensi pers dan promosi disiapkan dengan sangat detil dan matang. Keenam warga AS yang tertahan di Tehran dibuatkan paspor dan peran mereka masing masing disiapkan dengan detil pula dalam tim produksi film tersebut.


Tibalah bagi Mendez mengeksekusi rencana dan berangkat ke Iran membawa misi negara menjemput keenam warga AS yang bersembunyi di Kedutaan Kanada di Tehran agar dapat dipulangkan ke negaranya. Ia harus berjuang di tengah kondisi Tehran yang bergejolak dan sensitif terhadap kedatangan warga asing. Belum lagi pemerintah AS yang masih sangat meragukan tingkat keberhasilan rencana tersebut. Resikonya, Mendez dan keenam warga AS itu bisa ditangkap oleh revolusioner Iran. Nyawa mereka menjadi taruhannya.

***

Sebagai sutradara... Affleck benar-benar sukses mendirect film ini hingga melibatkan penonton terbawa ke dalam peristiwa eksekusi rencana tersebut. Dengan cerdas ia mampu menghadirkan ketegangan demi ketegangan sehingga penonton bisa merasakan bahwa misi tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tidak pasti. Adegan saat-saat Mendez dan keenam warga AS diinterogasi militer Iran di bandar udara benear-benar bikin jantung berdegup kencang.

Film ini sukses dalam banyak hal. Baik dari segi cerita, skenario, akting, setting dll. Dengan detil Affleck bisa mengembalikan suasana Tehran ke masa tahun 1979/80 dimana revolusi Iran sedang bergejolak. Mobil, bangunan, pakaian, tata rambut, berhasil disesuaikan sesuai jamannya. Adegan peristiwa amuk masa dan demonstrasi pun berhasil diterjemahkan melalui film ini dengan sangat apik. Akibatnya penonton bisa merasakan situasi di Tehran pada saat itu. Merasakan kebencian para revolusioner Iran terhadap AS yang memuncak dan militer Iran yang bertindak tanpa ampun menghadapi para pemberontak. Ditampilkan pula bagaimana militer mengerahkan seluruh rakyat Iran seperti wanita dan anak-anak dalam gerakan revolusi tersebut. Terungkapnya identitas salah seorang warga AS adalah atas usaha seorang anak Iran yang menyusun potongan-potongan foto dari kertas yang sudah dihancurkan.

Ada beberapa sindiran yang mungkin ditujukan untuk kedua belah pihak, baik untuk Iran ataupun AS. Kesukaan warga AS akan minuman keras beberapa kali diselipkan. Ada pula adegan singkat dimana warga Iran menikmati ayam KFC dan sejurus kemudian diperlihatkan ada warga AS yang digantung di depan umum.  Adegan KFC ini koq agak sedikit meragukan. Bukankah  seharusnya KFC sudah tidak ada di Iran pada tahun 1980 saat peristiwa itu terjadi ? Entahlah...
Satu hal yang menaraik, dari film ini saya baru tahu kalo tulisan HOLLYWOOD di Beverly Hills  di tahun 1979/80 pernah ambruk beberapa hurufnya.

Jadi...layaklah film ini dinobatkan sebagai salah satu film terkeren tahun ini. 
Highly recommended...
Boleh diganjar banyak penghargaan dan memperoleh 7 nominasi di ajang Academy Award 2013 Februari nanti. Kemungkinan besar beberapa Oscar akan diboyong oleh film ini. Apalagi film ini sepertinya dipersembahkan untuk mendiang John Chambers, seorang make up artis yang pernah meraih Oscar pula dan terlibat langsung dalam tim sukses misi penyelamatan di kisah nyata film ini. Belum lagi ada nuansa politis bagi langgengnya hubungan sekutu antara Amerika dan Kanada. Hmmm...pastilah Academy suka dengan fakta-fakta itu.

Lalu apa maksudnya ARGO ??? Argo cuma sekedar judul film palsu dalam film ini.
Dan apa artinya ARGO ???

Lester Siegel : ARGO "F**k yourself !!!"

Jumat, 25 Januari 2013

Silver Linings Playbook (2012)

Rasa-rasanya film ini seru dan pantas dikupas sebagai edisi perdana dari blog saya yang anyar ini

Silver Linings Playbook
(The Weinstein Company, US - 2012)
Director : David O Russel
Cast : Bradley Cooper, Jennifer Lawrence, 
Robert De Niro, Jacki Weaver, Chris Tucker, Julia Stiles
Based on Book : Silver Lining Playbook by Matthew Quick

Sebenarnya ini film romcom biasa. Menjadi lumayan terangkat derajatnya karena dibalut oleh akting para pemerannya yang di atas rata-rata.  Membuktikan bahwa film dengan cerita yang sebenarnya biasa-biasa saja jika digarap dengan cerdas dan akting memikat, hasilnya  menjadi tidak biasa.

***

Dikisahkan seorang Pat Solitano (Cooper) yang mengalami gangguan mental dan harus dirawat di panti rehabilitasi. Atas usaha sang ibu (Weaver) akhirnya Pat berhasil dikeluarkan dari panti setelah menjalani perawatan selama 8 bulan. Sekembalinya  Pat  ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya, ia kembali membuat beberapa masalah terkait hubungannya yang kurang harmonis dengan ayahnya (De Niro), ketidakpercayaan masyarakat karena problem kejiwaannya dan keinginannya kembali rujuk dengan mantan istrinya. Hingga suatu malam ia dikenalkan dengan Tiffany (Lawrence) seorang wanita yang tak kalah bermasalahnya dengan Pat.

Pat memanfaatkan Tiffany untuk menyampaikan sepucuk surat tentang isi hatinya kepada mantan istrinya. Tiffany mau membantu asalkan Pat bersedia menjadi pasangannya dalam kompetisi dansa. 

Relasi antara Pat dan Tiffany dalam usaha mereka untuk meraih kehidupan normal dan menemukan cinta kembali menjadi inti dari cerita film ini. Ditingkahi bumbu penyedap seperti hubungan Pat dengan orang tua dan saudaranya, konsultasi Pat dengan terapist untuk masalah kejiwaannya, hubungan sosial Pat dengan teman-temannya, kompetisi dansa, pertandingan football, taruhan, hingga tahayul dan mantra-mantra.
***

Bukanlah cerita yang istimewa. Tidak sampai berhasil mengaduk-ngaduk emosi jiwa walau beberapa adegan cukup lumayan memorable. Seperti ketika Pat marah-marah di rumah karena tidak menemukan video pernikahannya, atau adegan di cafe ketika Tiffany kecewa karena merasa dilecehkan oleh Pat. Adegan-adegan itu menampilkan kualitas akting yang mumpuni sehingga emosinya benar-benar tersampaikan ke penonton. 

Tentu saja karena ini bergenre romcom maka harus dilengkapi dengan beberapa adegan konyol. Saat Tiffany menyampaikan beberapa tahayul kepada ayah Pat terkait taruhan pertandingan football. Atau saat kompetisi dansa dilakukan, lumayan seru dan bikin nyengir tanpa sadar.


Semua aktor berperan dengan sangat baik. Salut buat Bradley Cooper yang tampil begitu meyakinkan. Sepertinya ini performa Cooper paling maksimal dalam sejarah aktingnya sejauh ini. Jennifer Lawrence pun tak kalah memikat. Ia mampu menyampaikan emosi dari sosok wanita yang terguncang namun berusaha untuk tegar. Gaya gothicnya di film ini sempat mengingatkan pada sosok Juliette Lewis, tapi dengan kemasan yang lebih sporty. 

Tentu tak dapat diabaikan peran Robert De Niro sebagai ayah di sini. Aktor begawan satu ini tampil natural sebagai sosok ayah yang memiliki berbagai kelemahan. Tapi tetap saja, pada saat adegan si ayah menangis di depan Pat, bayang-bayang De Niro yang begitu kuat sebagai aktor spesialis mafia tak bisa terhapuskan. 

Di sisi lain, ada tampilan jenaka Chris Tucker sebagai teman Pat sesama jebolan panti rehabilitasi  yang mampu menyegarkan suasana.

Satu lagi kelebihan dari Silver Linings Playbook adalah skenarionya yang tergarap dengan apik. Perhatikan dialog-dialog tajam antara Pat dan Tiffany. Lagi-lagi... kerap bikin nyengir tanpa sadar.

Apa yang kurang dari film ini? 
Seperti yang disebutkan sebelumnya. Film ini kurang mengaduk-aduk emosi. Boleh jadi karena porsi permasalahan kejiwaan yang lumayan kental namun sekaligus dipadu dengan aroma komedi. Jadinya agak gimana gitu. Eksekusi akhir ceritanya juga gak keren-keren amat. Untuk durasi film yang 2 jam lebih dikit, film ini nyaris jatuh ke level yang membosankan kalo saja ga ditolong dengan kualitas akting para pemerannya yang memukau. Jadinya... belum bisa dikatakan  istimewa sampai ke hati.

Meski demikian, ga terlau surprise juga mengetahui kalo film ini diganjar 8 nominasi di ajang Oscar 2013. Academy memang terbilang gampang jatuh hati dengan film-film romcom sederhana namun memiliki jajaran akting yang kuat macam begini. Apalagi yang nuansa keamerikaannya kuat banget. Silver Linings Playbook tak dipungkiri sangat sangat Amerika. Menyorot sisi kehidupan keluarga menengah ke bawah khas amerika yang lumayan banyak orang sintingnya, pertandingan football, taruhan, serta...ya itu tadi, mengungkap sedikit bahwa banyak keluarga Amerika yang masih percaya tahyul dan mantra-mantra. 

Selanjutnya...
Oh ya..."Silver Lining" itu bisa diibaratkan sebagai secercah sinar dalam suatu situasi yang gelap atau tak menentu. Jadi bisa dikira-kira sendiri pesan moral apa yang ingin disampaikan melalui film ini.

Pat: "I hate my illness and I want to control it. This is what I believe to be true: You have to do everything you can and if you stay positive you have a shot at a silver lining."

Buat saya pribadi, overall film ini belum layak disebut istimewa. But yes...it's a nice movie !!!