Minggu, 27 Januari 2013

Argo (2012)

Gak nyangka Ben Affleck bisa membesut film hingga sekeren ini. Pantas saja jika sejauh ini lusinan award telah  berhasil ngana rebut melalui fim Argo ini.

Argo
(GK Film - Warner Bros, US 2012)
Director : Ben Affleck
Cast : Ben Affleck, Bryan Cranston, Alan Arkin, John Goodman
Based on true story

Saya bukan pemerhati karya-karya dari seorang Ben Affleck sebelum ini. Rasa-rasanya cuma Good Will Hunting saja filmnya yang selama ini menurut saya bagus. Tapi ternyata...Ben Affleck memang memiliki talenta luar biasa dalam urusan memproduksi dan menyutradarai film.

***

Di latar belakangi kisah nyata kejatuhan Shah Iran - Reza Pahlavi yang digulingkan oleh rezim Ayatollah Khomeini ketika Revolusi Iran terjadi tahun 1979. Pasca kejatuhannya, Shah Iran mendapat suaka dari pemerintah AS. Rakyat Iran pro-Khomeini melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut Reza Pahlavi dikembalikan ke Iran agar dapat diadili dan dihukum.  Gerakan massa menyerbu kedutaan AS di Tehran dan menyandera seluruh warga AS yang berada di seantero Iran pada saat itu. Beruntung ada enam orang warga AS yang berhasil diselamatkan dan disembunyikan oleh Duta Besar Kanada di Tehran.

Kabar rahasia bersembunyinya keenam warga AS di kedutaan Kanada itu kontan membuat pemerintah AS berpikir keras untuk mencari cara mengembalikan warganya tersebut kembali ke negaranya. Tony Mendez (Affleck), seorang ahli strategi CIA  dilibatkan dalam hal ini. Mendez mengemukakan ide untuk membentuk tim produksi film yang sedang berkunjung ke Iran untuk mencari lokasi pembuatan film di sana. Mendez akan mengunakan paspor  Kanada agar dapat menembus kedutaan Kanada di Tehran dan menjemput keenam warga AS yang disembunyikan di sana.

Ide tim produksi film palsu tersebut semula diragukan, namun akhirnya diterima karena tak ada pilihan lain yang lebih masuk akal. Rencana itu disebut sebagai The Best Bad Plan.

Menimbang bahwa lokasi di Iran yang berpadang pasir maka film palsu yang akan diproduksi adalah jenis film fiksi fantasi sejenis Star Wars. Dengan didukung penuh oleh Jack O'Donnell, atasannya di CIA (Cranston), Mendez melibatkan Lester Siegel sorang produser film (Arkin) dan John Chambers, seorang make-up artis profesional (Goodman) untuk menyusun strategi produksi film demi suksesnya misi penjemputan rahasia tersebut.

Persiapan produksi film palsu itu dibuat seolah-olah benar adanya. Mulai dari pencarian dana, lokasi kantor, cerita, skenario, tim produksi,  para pemeran, konferensi pers dan promosi disiapkan dengan sangat detil dan matang. Keenam warga AS yang tertahan di Tehran dibuatkan paspor dan peran mereka masing masing disiapkan dengan detil pula dalam tim produksi film tersebut.


Tibalah bagi Mendez mengeksekusi rencana dan berangkat ke Iran membawa misi negara menjemput keenam warga AS yang bersembunyi di Kedutaan Kanada di Tehran agar dapat dipulangkan ke negaranya. Ia harus berjuang di tengah kondisi Tehran yang bergejolak dan sensitif terhadap kedatangan warga asing. Belum lagi pemerintah AS yang masih sangat meragukan tingkat keberhasilan rencana tersebut. Resikonya, Mendez dan keenam warga AS itu bisa ditangkap oleh revolusioner Iran. Nyawa mereka menjadi taruhannya.

***

Sebagai sutradara... Affleck benar-benar sukses mendirect film ini hingga melibatkan penonton terbawa ke dalam peristiwa eksekusi rencana tersebut. Dengan cerdas ia mampu menghadirkan ketegangan demi ketegangan sehingga penonton bisa merasakan bahwa misi tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tidak pasti. Adegan saat-saat Mendez dan keenam warga AS diinterogasi militer Iran di bandar udara benear-benar bikin jantung berdegup kencang.

Film ini sukses dalam banyak hal. Baik dari segi cerita, skenario, akting, setting dll. Dengan detil Affleck bisa mengembalikan suasana Tehran ke masa tahun 1979/80 dimana revolusi Iran sedang bergejolak. Mobil, bangunan, pakaian, tata rambut, berhasil disesuaikan sesuai jamannya. Adegan peristiwa amuk masa dan demonstrasi pun berhasil diterjemahkan melalui film ini dengan sangat apik. Akibatnya penonton bisa merasakan situasi di Tehran pada saat itu. Merasakan kebencian para revolusioner Iran terhadap AS yang memuncak dan militer Iran yang bertindak tanpa ampun menghadapi para pemberontak. Ditampilkan pula bagaimana militer mengerahkan seluruh rakyat Iran seperti wanita dan anak-anak dalam gerakan revolusi tersebut. Terungkapnya identitas salah seorang warga AS adalah atas usaha seorang anak Iran yang menyusun potongan-potongan foto dari kertas yang sudah dihancurkan.

Ada beberapa sindiran yang mungkin ditujukan untuk kedua belah pihak, baik untuk Iran ataupun AS. Kesukaan warga AS akan minuman keras beberapa kali diselipkan. Ada pula adegan singkat dimana warga Iran menikmati ayam KFC dan sejurus kemudian diperlihatkan ada warga AS yang digantung di depan umum.  Adegan KFC ini koq agak sedikit meragukan. Bukankah  seharusnya KFC sudah tidak ada di Iran pada tahun 1980 saat peristiwa itu terjadi ? Entahlah...
Satu hal yang menaraik, dari film ini saya baru tahu kalo tulisan HOLLYWOOD di Beverly Hills  di tahun 1979/80 pernah ambruk beberapa hurufnya.

Jadi...layaklah film ini dinobatkan sebagai salah satu film terkeren tahun ini. 
Highly recommended...
Boleh diganjar banyak penghargaan dan memperoleh 7 nominasi di ajang Academy Award 2013 Februari nanti. Kemungkinan besar beberapa Oscar akan diboyong oleh film ini. Apalagi film ini sepertinya dipersembahkan untuk mendiang John Chambers, seorang make up artis yang pernah meraih Oscar pula dan terlibat langsung dalam tim sukses misi penyelamatan di kisah nyata film ini. Belum lagi ada nuansa politis bagi langgengnya hubungan sekutu antara Amerika dan Kanada. Hmmm...pastilah Academy suka dengan fakta-fakta itu.

Lalu apa maksudnya ARGO ??? Argo cuma sekedar judul film palsu dalam film ini.
Dan apa artinya ARGO ???

Lester Siegel : ARGO "F**k yourself !!!"

Jumat, 25 Januari 2013

Silver Linings Playbook (2012)

Rasa-rasanya film ini seru dan pantas dikupas sebagai edisi perdana dari blog saya yang anyar ini

Silver Linings Playbook
(The Weinstein Company, US - 2012)
Director : David O Russel
Cast : Bradley Cooper, Jennifer Lawrence, 
Robert De Niro, Jacki Weaver, Chris Tucker, Julia Stiles
Based on Book : Silver Lining Playbook by Matthew Quick

Sebenarnya ini film romcom biasa. Menjadi lumayan terangkat derajatnya karena dibalut oleh akting para pemerannya yang di atas rata-rata.  Membuktikan bahwa film dengan cerita yang sebenarnya biasa-biasa saja jika digarap dengan cerdas dan akting memikat, hasilnya  menjadi tidak biasa.

***

Dikisahkan seorang Pat Solitano (Cooper) yang mengalami gangguan mental dan harus dirawat di panti rehabilitasi. Atas usaha sang ibu (Weaver) akhirnya Pat berhasil dikeluarkan dari panti setelah menjalani perawatan selama 8 bulan. Sekembalinya  Pat  ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya, ia kembali membuat beberapa masalah terkait hubungannya yang kurang harmonis dengan ayahnya (De Niro), ketidakpercayaan masyarakat karena problem kejiwaannya dan keinginannya kembali rujuk dengan mantan istrinya. Hingga suatu malam ia dikenalkan dengan Tiffany (Lawrence) seorang wanita yang tak kalah bermasalahnya dengan Pat.

Pat memanfaatkan Tiffany untuk menyampaikan sepucuk surat tentang isi hatinya kepada mantan istrinya. Tiffany mau membantu asalkan Pat bersedia menjadi pasangannya dalam kompetisi dansa. 

Relasi antara Pat dan Tiffany dalam usaha mereka untuk meraih kehidupan normal dan menemukan cinta kembali menjadi inti dari cerita film ini. Ditingkahi bumbu penyedap seperti hubungan Pat dengan orang tua dan saudaranya, konsultasi Pat dengan terapist untuk masalah kejiwaannya, hubungan sosial Pat dengan teman-temannya, kompetisi dansa, pertandingan football, taruhan, hingga tahayul dan mantra-mantra.
***

Bukanlah cerita yang istimewa. Tidak sampai berhasil mengaduk-ngaduk emosi jiwa walau beberapa adegan cukup lumayan memorable. Seperti ketika Pat marah-marah di rumah karena tidak menemukan video pernikahannya, atau adegan di cafe ketika Tiffany kecewa karena merasa dilecehkan oleh Pat. Adegan-adegan itu menampilkan kualitas akting yang mumpuni sehingga emosinya benar-benar tersampaikan ke penonton. 

Tentu saja karena ini bergenre romcom maka harus dilengkapi dengan beberapa adegan konyol. Saat Tiffany menyampaikan beberapa tahayul kepada ayah Pat terkait taruhan pertandingan football. Atau saat kompetisi dansa dilakukan, lumayan seru dan bikin nyengir tanpa sadar.


Semua aktor berperan dengan sangat baik. Salut buat Bradley Cooper yang tampil begitu meyakinkan. Sepertinya ini performa Cooper paling maksimal dalam sejarah aktingnya sejauh ini. Jennifer Lawrence pun tak kalah memikat. Ia mampu menyampaikan emosi dari sosok wanita yang terguncang namun berusaha untuk tegar. Gaya gothicnya di film ini sempat mengingatkan pada sosok Juliette Lewis, tapi dengan kemasan yang lebih sporty. 

Tentu tak dapat diabaikan peran Robert De Niro sebagai ayah di sini. Aktor begawan satu ini tampil natural sebagai sosok ayah yang memiliki berbagai kelemahan. Tapi tetap saja, pada saat adegan si ayah menangis di depan Pat, bayang-bayang De Niro yang begitu kuat sebagai aktor spesialis mafia tak bisa terhapuskan. 

Di sisi lain, ada tampilan jenaka Chris Tucker sebagai teman Pat sesama jebolan panti rehabilitasi  yang mampu menyegarkan suasana.

Satu lagi kelebihan dari Silver Linings Playbook adalah skenarionya yang tergarap dengan apik. Perhatikan dialog-dialog tajam antara Pat dan Tiffany. Lagi-lagi... kerap bikin nyengir tanpa sadar.

Apa yang kurang dari film ini? 
Seperti yang disebutkan sebelumnya. Film ini kurang mengaduk-aduk emosi. Boleh jadi karena porsi permasalahan kejiwaan yang lumayan kental namun sekaligus dipadu dengan aroma komedi. Jadinya agak gimana gitu. Eksekusi akhir ceritanya juga gak keren-keren amat. Untuk durasi film yang 2 jam lebih dikit, film ini nyaris jatuh ke level yang membosankan kalo saja ga ditolong dengan kualitas akting para pemerannya yang memukau. Jadinya... belum bisa dikatakan  istimewa sampai ke hati.

Meski demikian, ga terlau surprise juga mengetahui kalo film ini diganjar 8 nominasi di ajang Oscar 2013. Academy memang terbilang gampang jatuh hati dengan film-film romcom sederhana namun memiliki jajaran akting yang kuat macam begini. Apalagi yang nuansa keamerikaannya kuat banget. Silver Linings Playbook tak dipungkiri sangat sangat Amerika. Menyorot sisi kehidupan keluarga menengah ke bawah khas amerika yang lumayan banyak orang sintingnya, pertandingan football, taruhan, serta...ya itu tadi, mengungkap sedikit bahwa banyak keluarga Amerika yang masih percaya tahyul dan mantra-mantra. 

Selanjutnya...
Oh ya..."Silver Lining" itu bisa diibaratkan sebagai secercah sinar dalam suatu situasi yang gelap atau tak menentu. Jadi bisa dikira-kira sendiri pesan moral apa yang ingin disampaikan melalui film ini.

Pat: "I hate my illness and I want to control it. This is what I believe to be true: You have to do everything you can and if you stay positive you have a shot at a silver lining."

Buat saya pribadi, overall film ini belum layak disebut istimewa. But yes...it's a nice movie !!!